Dosen
Pengampu
:
H. Abdul Ghofur Noer, M.M
Pengertian Ilmu Da’wah
Dakwah
merupakan suatu Ajakan seseorang kepada seseorang yang lain agar mengikuti
aturan ajaran Islam yang benar. Sayyid Qutb mendefinisikan Dakwah yakni mengajak
atau menyeru orang lain agar menjadi sabilillah. Dakwah merupakan suatu
aktifitas Islami atau melaksanakan perintah Allah SWT yakni menyerukan
kebaikan. Referensi yang tidak boleh untuk dihapus oleh seorang pendakwah yakni
al-Qur’an dan Hadits dan sumbe hukum islam lainnya seperti Ijma’ dan Qiyas.
Dakwah
dan ilmu dakwah adalah dua perkara yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dakwah
merupakan pesan-pesan yang ditujukan Mad’u . sedangkan ilmu dakwah
merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh para da’i agar sesuatu yang
disyiarkan bisa diterima dengan baik oleh Mad’u. Sebuah ilmu/teori
sangat penting, karena mencakup langkah-langkah yang harus dilakukan ketika
disuatu lapangan.
Tujuan
dari dakwah yakni Amar Ma’ruf Nahi Mungkar ini berdasarkan dalil
al-Qur’an surah Ali Imron, ayat 104:
“Katakanlah: "Barang siapa yang
menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam
hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Dalam
berda’wah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah itu
sendiri. Unsur-unsur atau komponen-komponen dakwah itu sendiri antara lain:
1.
Da’i, adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu maupun kelompok.
2.
Mad’u, adalah sasaran da’i atau yang menerima pesan baik secara individu, kelompok,
baik yang beragama islam ataupun tidak.
3.
Maudhu’ adalah pesan atau
materi yang disampaikan da’i kepada Mad’u
4.
Washilah, atau media dakwah
atau alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran islam baik berupa media
lisan, tulisan,lukisan, audio visual, dan akhlak
5.
Ushlub (metode dakwah) adalah
cara-cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan
kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Jenis metode-metode dakwah yakni:
a.
Hikmah, yakni
berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemapuan Mad’u
b.
Mau’idhoh Hasanah,
berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyaampaikan ajaran islam
dengan rasa kasih sayang.
c.
Mujadalah,
berdakwah dengan cara bertukar fikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya
dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula menjelekkan mad’u
6.
Efek dakwah, yakni Reaksi Mad’u terhadap pesan—pesan yang
disampaikan oleh dai. Efek itu beraneka ragam, yakni:
a.
Efek Kognitif, efek yang terjadi
jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan persepsi oleh
khalayak, misalnya transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau
informasi.
b.
Efek Afektif, efek yang timbul
jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.
c.
Efek Behavioral, yakni efek yang
merujuk pada perilaku nyata yang dapat diaamati yang meliputi pola-pola
tindakn, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.
Rasulullah
sudah melakukan dakwah sesui dengan konteks zaman pada saat itu. Rasulullah
berdakwah dengan sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan. Cara berdakwah
Rasullah harus diperluas. Oleh karena itu muncul istilah ilmu dakwah untuk
merumuskan teori atau ilmu dakwah pada era kontemporer.
Ilmu
dakwah adalah ilmu yang mempelajari proses penyampain ajaran islam kepada umat.
Ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala penyampaian agama
dan proses keagamaan dalam seginya.
Toha Yahya Omar mendefinisikan ilmu dakwah secara umum adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntutan bagaimana seharusnya menarik
perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ide/gagasan,
pendapat atau pekerjaan tertentu.
Amrullah
Achmad memberikan pengertian ilmu dakwah
adalah suatu ilmu yang berasal dari
Allah yang dikembangkan umat islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir mengenai manhaj melaksanakan
kewajiban dakwah bertujuan berikhtiar mewujudkan Khairul Ummat (Umat
Terbaik).
Dapat dibandingkan dan disimpulkan bahwa ilmu dakwah merupakan teori yang
tersusun rapi yang apabila pendengar menerima pesan dapat diterima secara utuh.
Kajian
ilmu dakwah berkembang secara signifikan pada perguruan-perguruab tinggi,
misalnya Indonesia. Perguruan tinggi di sana membuka Fakultas Dakwah yang
pertama yakni tahun 70-han. Suisyanto menyampaikan kritikannya bahwa pada saat
itu proses transfer ilmu pengetahuannya masih menggunakan refrensi-refrensi
yang berorientasi pada aspek normatif dan semata-mata dakwah bukan pada Ilmu
Da’wah.
Pertanyaan
yang muncul yakni bagaimana epistemologi, ontologi, dan aksiologi dari ilmu
dakwah itu sendiri. Tentunya soal tersebut bisa terjawab. Menurut Suisyanto
dalam buku Pengantar Filsafat Dakwah menerangkan Epistimologi dakwa
adalah usaha untuk menelaah masalah-masalah objektifitas, metodologi, sumber,
serta validitas pengeahuan secara mendalam dengan menggunakan dakwah sebagai
subjek bahasan (titik tolak berfikir). (halaman 69)
Pengetahuan
dakwah merupakan hasil tahu manusia (muslim) tentang dakwah melalui proses
penyelidikan (penelitian) dari sumber-sumber yang ada. Sumber pengetahuan
dakwah berasal dari pengetahuan wahyu Tuhan (al-Qur’an dan Hadits) dan
pengetahuan yang berbasiss empiris. Pengalaman empiris yang dapat diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terhadap fenomena fenomena seputar masyarakat.
Suisyanto menambahkan sumber pengetahuan yakni sumber teoritis. Yakni hasil
karya penulis yang secara khusus mengkaji dakwah.
Berbicara
mngenai ontologi dakwah, ada tiga hal mendasar yang harus dilihat secara cermat,
yakni:
1.
Manusia sebagi pelaku dan penerima dakwah
2.
Islam mengandung pesan dakwah yang disampaikan kepada manusia
3.
Hidayah sebagai faktor X (sesuatu yang diluar rekayasa manusia).
Sedangkan
aksiologi dari ilmu dakwah terfokus pada manfaat ilmu Dakwah.
B.
Tujuan llmu Da’wah
Tujuan
dakwah dan ilmu dakwah ada perbedaan. Jika tujuan dakwah, berupaya untuk
merubah pemahaman, sikap, dan perilaku mad’u ke arah yang sesuai dengan pesan
dakwah dalam rangka memperoleh ridho Allah. Sementara itu tujuan ilmu dakwah
yakni berupaya untuk menemukan kejelasan empiris rasional, dan teologis ideal
tentang proses dakwah sebagai fenomena keilmuan.
Selain
itu Ilmu dakwah bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat tentang
dasar-dasar teoritik dan prinsip-prinsip penyuluhan islam, teori-teori
penyuluhan islam,memberikan bekal ketrampilan, disamping memberikan bekal
tentang kode etik yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku penyuluhan islam yang
profesional, memberikan wawasan yang komprehensif, dan integratif mengenai
ketrampilan membuat keputusan, menyusun perencanaan serta memilih cara alat
(media) untuk aktifitas penyuluhan .
Ilmu
dakwah terlihat sangat berkembang pada Perguruan tinggi khususnya Perguruan
Tinggi Islam. Itu ditandai dengan adanya kurikulum tersendiri tentang dakwah.
Bahkan, ada Fakultas atau jurusan yang berbasis Dakwah. Hal ini bertujuan untuk
menyiapkan sumber daiyang profesional melalui penyelenggaraan pendidikan tinggi
dakwah islam. Perguruan tinggi ingin mencetak kader-kader Dakwah yang Inovatif,
semangat menegakkan keadilan dan kebenaran, dan semangat berkarya yang bernilai
guna.
C.
Objek Kajian IlmuDa’wah
Rumusan
hakikat dakwah yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Dakwah, Sunah Rasul
sebagai contoh realisasi atas apa yang diperintahkan dalam al-Qur’an, dan
ijtihad sebagai kontektualisasi penyelesaian dan solusi atas masalah keumatan.
Dakwah menurut
al-Qur’an surah al-Nahl
(16);125 yakni:
425. Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari
ayat tersebut dapat dirumuskan sebagai kewajiban muslim mukallaf mengajak,
menyeru, dan memanggil orang berakal kejalan Tuhan (Dien Islam) denngan cara
hikmah, mauizah hasanah, dan mujadalah yang ahsan, dengan respon positif atau
negatif dari orang berakal yang diajak, diseru, dipanggil disepanjang zaman dan
disetiap ruang.
Hakikat dakwah tersebut
merupakan perilaku keilmuan muslim yang melibatkan unsur da’i, pesan, media,
metode, mad’u, dan respons.
Interaksi antar unsur ini dalam semua tataran wujudiyah adalah objek formal
kajian ilmu dakwah dan tori tentang objek formal dan material (perilaku muslim)
menjadi substansi ilmu dakwah. Dari sisi objek materialnya, dakwah islam
bersentuhan dengan kajian ilmu keislaman dakwah islam bersentuhan dengan kajian
ilmu keislaman selain dakwah dan ilmu tentang perilaku manusia. Dengan
demikian, ilmu dakwah berkarakter interdisipliner. (penjelasan)
Dakwah menurut
al-Qur’an surat Fushshilat (41):33,
33. Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Dari
ayat diatas dirumuskan bahwa sebagai kewajiban menyeru, mengajak dan memanggil
manusia mengesakan Allah (tauhidullah) melalui ahsan qawl, ‘amal shalih, dan
pernyataan ketundukan kepada Allah. Hakikat dakwah
ini menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk utama dalam proses mendakwahkan
islam, yaitu:
1. Ahsan Qawl (perkataan yang baik)
2. Amal shalih (ahsan ‘amal)
3. Qala inani min al-muslimin (keterpaduan
bentuk ahsan qawl dan ahsan ‘amal, atau
gerakan percontohan yang baik).
Interaksi antara da’i
dengan mad’u ketika menyampaikan pesan dakwah melalui bentuk utama dakwah
sebagaimana yang diisyaratkan al-Qur’an surat al-Fushshilat (41);33, secara kuantitatif membentuk variasi
konteks dakwah yang dapat diformulasikan dengan “term”, yakni:
1.
Dakwah Nafsiyah: Da’i dan Mad’unya adalah diri sendiri.
2.
Da’wah Fardhiyah: Da’wah yang sasarannya hanya satu orang, bisa langsung
tatap muka ataupun melalui media lain seperti Hp, Internet, atau media-media
yang ada.
3.
Da’wah Fi’ah qalilah: Dakwah yang hanya ada satu da’i terhadap mad’u
kelompok kecil yang biasanya terdiri dari tiga sampai dua puluh orang.
Berlangsung dengan tatap muka dan dialogis.
4.
Dakwah Hizbiyah: Da’innya hanya seorang, tetapi Mad’unya adalah kelompok yang
sudahterorganisir.
5.
Dakwah Ummah: seorang Dai tidak bertatap muka dan monologius terhadap media
cetak maupun elektronik, atau tatap muka tetapi monologis seperti ceramah umum
atau Khutbah
6.
Da’wah Qobailiyah: da’i dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam suatu
kesatuan bangsa yang dapat berlangsung dalam konteks yang sudaah disebutkan
(1,2,3,4,5)
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu
dakwah adalah suatu ilmu atau teori untuk memperkaya ragam cara berdakwah di
perkembangan zaman agar pesan-pesan yang disampaikan bisa diterima. Tujuan ilmu da’wah pada umumnya untuk
mensyiarkan agama tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Objek Kajian Ilmu
Dakwah Yakni Objek MaterialdanObjek Formal.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnaawan, Aep,
dkk2009.Dimensi Ilmu Da’wah.Bandung: Widya Padjadjaran,
Ilaihi, Wahyu.2010Komunikasi
Dakwah. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya
Suisyanto.2006.Pengantar
FilsafatDakwah.Yogyakarta: Teras